Tahun ini, anak-anak sekolah serentak menggunakan kurikulum baru, yaitu
kurikulum 2013. Sampai hari ini, penerapan kurikulum baru tersebut
menuai berbagai kritik dari para pendidik maupun orang tua murid. Mulai
dari kekacauan distribusi buku, pelatihan guru yang tidak efektif,
sistem penilaian yang membingungkan, dan minimnya persiapan yang
diberikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Dalam menghadapi kegiatan belajar mengajar dengan suasana baru
iniorangtua harus berperan aktif untuk mendampingi anak agar tidak panik
dan bisa berprestasi semaksimal mungkin, serta tetap menjadi pribadi
muslim yang taat.
Selayang Pandang Tentang Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 berbasis kompetensi ini berbeda dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dalam kurikulum 2006. Kurikulum 2013 lebih
banyak menerapkan praktek dalam proses belajar-mengajar, mengedepankan
penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi,
sehingga diharapkan mampu menghasilkan manusia yang produktif, kreatif,
inovatif dan afektif.
Materi pelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar berupa kajian
tematik yang tercakup di semua mata pelajaran. Dimana pelajaran fisika,
kimia, dan biologi dijadikan satu. Begitu juga pelajaran sejarah,
ekonomi, dan geografi. Sedangkan pelajaran murni seperti matematika dan
bahasa tak ada percabangannya.
Pelaksanaan Kurikulum dilaksanakan melalui Pendekatan Scientific, yang
menekankan pada lima aspek penting, yaitu mengamati, menanya, mencoba,
menalar dan komunikasi. Pada Kurikulum 2013 metode ceramah tidak
dilupakan, hanya saja dikurangi takarannya. Siswa dituntut lebih aktif
dalam segala masalah, dengan mengamati sendiri fenomena yang terjadi,
sehingga dapat menghadirkan angan menjadi nyata.
Selama ini proses pembelajaran dimulai dengan pertanyaan apakah. Di
Kurikulum 2013 yang sangat berperan adalah pertanyaan mengapa dan
bagaimana. Siswa digiring untuk menelaah, mencari-cari serta menanyakan
semua permasalahan yang menganjal. Siswa yang aktif inilah yang
dituntut dalam Kurikulum 2013. Siswa harus bertanya!
Siswa dituntut untuk mencoba sendiri dan ikut terlibat langsung dalam
masalah yang dihadirkan guru. Sehingga mereka sadar bahwa materi yang
dipelajarinya penting dalam kehidupannya sehari-hari. Jadi tujuannya
bukan sekedar mengejar nilai.
Siswa diajak menalar untuk dapat mencerna materi dengan baik, memilah
baik buruk, lalu mendapatkan kesimpulan. Mereka tidak akan dapat
menalar jika pelajaran terasa memberatkan. Oleh karena itu, siswa
diajak menikmati dan berkonsentrasi terhadap pembelajaran yang sedang
berlangsung.
Siswa juga didorong agar mampu mengkomunikasikan semua permasalahan,
dengan cara mempresentasikan hasil kerjanya. Jadi, siswa mampu memahami
dan menjalankan materi ajar dengan benar dalam kehidupan sehari-hari.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan bahwa indikator
keberhasilan kurikulum ini bisa dilihat dari ketersediaan buku dan
kualitas tenaga pengajar. Tidak ada masalah pada guru tentang
penguasaan materi Kurikulum 2013. Karena materinya tetap sama, hanya
pengemasannya yang harus dibuat lebih interaktif dengan melibatkan
banyak pengamatan oleh siswa sendiri.
Sifat kurikulum 2013 adalah pendidikan berbasis karakter. Penilaiannya
menitikberatkan pada karakter dengan proporsi 60 persen karakter dan 40
persen akademis. Guru harus mencermati karakter tiap-tiap murid agar
bisa memberi nilai dengan adil.
Peran Orangtua
Tumbuhkan budaya diskusi untuk mendorong anak berani mengeluarkan
pendapat. Mulailah dengan banyak bertanya tentang hal-hal sederhana,
sehingga anak terbiasa untuk bicara sesuai dengan pengalaman dan
penilaiannya sendiri.
Ajak anak bermusyawarah untuk mencari solusi dalam menyelesaikan suatu
masalah, sehingga anak belajar berpikir solutif, kreatif dan bisa
menghargai adanya perbedaan pendapat yang akan terjadi tetapi anak
berani mengungkapkan buah pikirannya.
Biasakan anak mandiri melakukan kegiatan sehari-hari sendiri. Berilah
kepercayaan kepada anak untuk melakukan banyak hal yang sesuai dengan
kemampuan motorik menurut usia anak. Orangtua jangan terlalu cepat
memberikan bantuan, tetapi tunggulah sampai anak memang benar-benar
memerlukan bantuan. Tingkatkan terus kemampuan anak dalam melakukan
banyak hal.
Tanamkan tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.
Merapikan dan menyiapkann buku-buku pelajarannya, merapikan mainannya,
menghafal Alquran, mengerjakan PR, membaca dan mencari informasi yang
diperlukan untuk tema yang sedang dipelajarinya di sekolah, memakai baju
seragam dan sepatu, merapikan kamarnya, menjaga kebersihan dan
kerapihan rumah, dan lain-lain.
Tanamkan disiplin mengatur waktu: kapan harus tidur (jangan terlalu
malam), kapan bangun pagi untuk sholat subuh, kapan mandi, kapan
berangkat sekolah, sholat 5 kali sehari semalam pada waktunya, waktu
mengaji, waktu membaca buku, waktu makan, waktu menonton, waktu bermain,
waktu berolah raga, dan lain-lain.
Orangtua mengetahui kisi-kisi dari tema yang akan diajar. Sediakanlah
buku-buku penunjangnya. Buatlah perpustakaan rumah, atau kalau bisa
menggerakkan masyarakat sekitar rumah buat perpustakaan bersama, untuk
menyediakan sarana bagi anak dalam mencari sumber referensi. Kumpulkan
buku-buku pelajaran dari berbagai jenjang pendidikan, buku-buku yang
edukatif dan relijius.
Biasakan anak dengan budaya membaca dan mencari informasi yang edukatif
dan relijius. Tentukan waktu khusus membaca bagi anak-anak dalam jadwal
kegiatan sehari-hari. Baik membaca buku yang sesuai dengan tema
pelajaran di sekolah, atau hal-hal lain yang bersifat edukatif dan
relijius, Orangtua harus memberikan teladan senang membaca buku.
Sediakan komputer atau laptop dirumah supaya mudah mengakses internet.
Internet akan memudahkan anak mencari segala informasi yang
dibutuhkan.Ajarkan kepada anak bahwa gunanya internet bukan hanya untuk
main games online. Yang terpenting adalah mendapatkan informasi dengan
mudah dan cepat. Dorong anak untuk bisa mandiri mencari informasi yang
diperlukannya, dengan memanfaatkan internet. Jadi, anak tidak
tergantung kepada orangtua dalam mencari jawaban-jawaban atas berbagai
hal yang ingin mereka ketahui.
Setiap anak akan terlihat potensinya masing-masing. Oleh sebab itu,
orang tua harus bisa memahami, bahwa setiap anak punya potensi yang
berbeda. Orang tua jangan memaksakan anaknya untuk mengikuti les atau
private mata pelajaran tertentu yang diluar kemampuannya, sebaiknya anak
diasah pada potensi yang paling unggul dibidangnya.
Di rumah, orangtua bertanggung jawab sepenuhnya untuk membentuk karakter
anak yang memiliki kepribadian sebagai muslim yang taat kepada Allah
Swt, Rasulullah Saw, dan berbakti kepada kedua orangtua. Orangtua
bertanggung jawab untuk memberikan kajian ke-Islaman, sehingga anak
memiliki wawasan pemikiran Islam yang akan dipakainya untuk menilai
peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Perhatikanlah:
bersih dan lurus akidahnya, benar dan bagus ibadahnya, bagus akhlaknya,
memiliki ketrampilan untuk hidup, luas wawasan berpikirnya, kuat
fisiknya, mampu mengendalikan hawa nafsu, disiplin dan teratur,
menghargai waktu, bermanfaat bagi orang lain.
Pendidikan Anak Kewajiban Orangtua
Apapun kurikulumnya, orangtua jangan pernah lengah terhadap kewajibannya
untuk mendidik anak agar tetap dalam keadaan fithrah yang tauhid.
Jangan sampai mereka jauh dari ajaran Islam bahkan menjadi penentang
syariat Islam. Nabi Saw bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan
fitrah. Maka bapak ibunyalah yang menjadikan mereka menjadi yahudi,
nasrani atau majusi”.
Lebih-lebih lagi di tengah arus sekulerisasi, pluralisasi dan
liberalisasi. Orangtua harus lebih waspada dan lebih memperhatikan
perkembangan kepribadian anak-anak mereka. Allah Swt berfirman: “Wahai
orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat
yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang
Dia perintahkan terhadap mereka, dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan” (QS At Tahrim: 6).
Selamat mendidik anak-anak anda menjadi anak-anak yang cerdas,
terampil, berwibawa, penuh daya cipta, serta solih dan solihah, cinta
Allah dan Rasul-Nya dengan patuh kepada syariat-Nya, cinta kepada kedua
orang tua dan saudara-saudaranya, serta bermanfaat bagi seluruh umat
manusia. Wallahua’lam!
[Ummu Hafizh]
Ini Tips Bagi Orangtua Dampingi Anak Hadapi Kurikulum Baru
Written By al-minhaj on Senin, 13 Oktober 2014 | 20.54
Related Articles
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Label:
Nasional
0 komentar:
Posting Komentar