Seorang guru
yang ngajar didalam kelas, atau seorang ustadz yang ngajar di pesantren atau di
majlis ta’lim tentu disebut pengajar, tapi belum tentu disebut pendidik. Dan
sebaliknya, orang yang mendidik didalam kelas atau di pesantren atau juga di
majlis ta’lim sudah tentu disebut pengajar.
Perbedaan
antara mengajar dan mendidik sangat sederhana ko.
Ex: Kalau ada
pengajar, tapi tidak memperhatikan sikap dan tingkah laku anak didiknya, dalam
artian anak didiknya mau melaksanakan apa saja walaupun melanggar aturan sekolah,
walaupun anak tersebut melampaui batas dalam pergaulannya, pasti sang guru
tersebut akan cuek bebek alias tidak akan menasehatinya. Karena dalam benaknya
hanya ada pikiran, bahwa tugas saya hanya mengajar didalam kelas. Beres!
Seorang
ustadz yang mengajar di majlis talim, dipesantren atau ceramah dimimbar –
mimbar umum tidak disebut mendidik kalau hanya ber-retorika didalam majlis
ta’lim atau dipesantren, sedangkan sang ustadz tersebut malah berdiam diri
ketika melihat ummat yang dibinanya melanggar aturan syar’i. sang ustadz
tersebut malah membiarkan ummat yang dibinanya mengumbar aurat, membiarkan
bergaul dengan lawan jenis alias bukan muhrim, membiarkan ummatnya meninggalkan
shalat berjama’ah, tidak peduli dengan tilawah Al-qur’annya, tidak peduli dengan
Qiyamullailnya, tidak peduli dengan Shalat Duhanya, tidak peduli dengan
ke-sopan santunannya. Nah sang ustadz tersebut hanya mengajar tapi tidak
mendidik.
Rosulullah Sang Pendidik
Ta’addabuu Aulaadaakum Bil islam: “Didiklah
anak-anak kalian dengan islam” begitulah Rosulullah Saw berpesan. Jadi
kalau mengajar ingin sukses dan mendidik ingin berhasil, perkenalkanlah dulu
islam kepada anak didik kita, setelah memperkenalkan, belajarlah untuk
memahami, setelah memahami, lalu amalkan dengan sungguh-sungguh.
bagaimana Rosulullah ketika
mengajarkan Al-Qur’an kepada para Sahabatnya? Beliau tidak akan melanjutkan ke
ayat selanjutnya kalau para Sahabat belum faham makna dan tafsirnya. Sedangkan
kita……..?
Bagaimana Rosulullah ketika
melihat ada Sahabiah yang melanggar aturan Syari’at? Contoh dalam masalah
pakaian: “Usamah meriwayatkan bahwa Nabi
Saw pernah bertanya kepadanya tentang kain alqibtiyah yang tipis. Usamah
menjawab bahwa ia telah mengenakan kepada isterinya. Rosulullah kemudian
bersabda: “Suruhlah isterimu untuk mengenakan kain kain pelapis (puring) lagi
dibagian bawahnya, karena sesungguhnya aku khawatir kalau sampai lekuk tubuhnya
tampak (HR Abu Daud)
Alhasil, yang disebut mendidik itu tidak hanya
mengajar didalam kelas atau di pesantren, tapi juga peduli dengan keadaan murid
atau ummatnya ketika melanggar aturan syari’at diluar kelas atau di luar
pesantren. Wallahu A’lam.Sumber : http://at-tanwiry.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar